Daun Berwarna Merah

Prolog

Semilir angin menyentuh kulit ku, sedikit membuat tubuhku merinding. Untungnya tubuhku tidak seperti model yang kurus serta tinggi semampai. Sehingga aku masih kuat untuk menahan hempasan angin ditubuhku. Perlahan aku berjalan di bibir jalan, begitu pelan seakan tiada tenaga yang tersisa, tapi tetap kulangkahkan kakiku. Berharap tujuanku semakin dekat dari pandangan. Aku bukanlah seorang wanita modern seperti di zaman sekarang karena masih terlalu jauh untuk di desa kami menerima hal baru semacam itu. Desaku cukup jauh dari kabupaten, dan masuk ke pedalaman. Satu-satu saja orang memiliki kendaraan, kami kebanyakan berjalan kaki untuk mencapai suatu tempat ke tempat lainnya. 
Namaku Gina, masih berusia 17 tahun dan sampai saat ini aku masih tetap sekolah dengan keadaan yang cukup memperhatinkan. Kami hanya memiliki sedikit siswa, karena kebanyakan anak belia seusiaku lebih memilih membantu ibunya di ladang. Tidak demikian denganku yang sudah tidak memiliki kedua orang tua lagi. Aku di asuh oleh seorang nenek yang merupakan mantan seorang Bidan Desa. Nenek dari kecil sudah menanamkan sifat mandiri kepadaku semenjak kecil, serta selalu mendukungku yang ingin sekali bercita-cita sebagai Dokter.
Tujuanku sebentar lagi akan sampai, rumah berukuran 10x8m di tengah hamparan sawah itu sudah terlihat. Itu rumah nenekku, dari jauh sudah terlihat nenek yang sudah menunggu kedatanganku sambil melambai-lambaikan tangannya. Kupercepat langkahku, agar secepatnya sampai ke rumah. Aku pun memeluk nenek seperti biasanya. Maklum lah aku dari kecil sudah diasuh oleh nenek, kasih sayang dari orang tua kurasakan dari nenekku. Nenek juga hanya memiliki aku seorang, karena nenek hanya memiliki satu orang anak saja. Dan itu merupakan ayahku sendiri. Kasih sayang yang diberikan nenek itu mungkin beda dengan kasih sayang ayah dan ibu. Tetapi aku tak merasakan hal tersebut. 
Setelah memeluk erat tubuhku, nenek langsung menyuruhku untuk masuk dan segera berganti pakaian. Aku pun mengiyakan dengan cepat. Aku pun masuk ke kamarku, dan mengganti pakaianku dengan segera, dengan cepat aku mencari nenek ke dapaur.
'Nenek, masak apa hari ini?', tanyaku kepada nenek.
Nenek pun menjawab, 'lihat saja di bawah tudung saji.' Seolah nenek ingin aku melihatnya sendiri.




1

Komentar